Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) Indonesia, Arifin Tasrif mengungkapkan komitmen serius Indonesia untuk melakukan transisi energi yang signifikan dalam sektor ketenagalistrikan dan Net Zero Emission. Transformasi ini akan melibatkan penggunaan energi terbarukan (EBT) yang lebih besar dan secara bertahap menghentikan penggunaan pembangkit listrik batu bara. Rencananya, Indonesia akan membangun pembangkit listrik energi terbarukan dengan kapasitas mencapai 700 GW untuk memenuhi kebutuhan listrik yang diperkirakan mencapai 1.942 TWh pada tahun 2060.

Dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) di Jakarta pada tanggal 18 September 2023, Menteri Arifin Tasrif menjelaskan bahwa transisi energi di Indonesia akan mengikuti peta jalan menuju net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat. Strategi ini mencakup beberapa langkah penting, di antaranya:

  1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Solar Power): Pada tahun 2030, Indonesia akan meningkatkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya secara besar-besaran.
  2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power): Pada tahun 2037, fokus akan beralih ke pembangkit listrik tenaga angin sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang signifikan.
  3. Panas Bumi (Geothermal): Pengembangan panas bumi akan dimaksimalkan hingga mencapai 22 GW.
  4. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (Nuclear Power): Pembangkit listrik tenaga nuklir akan menjadi komersial pada tahun 2039.

Dukungan dari Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) dan Institute for Essential Services Reform (IESR)

ICEF dan IESR menekankan bahwa transisi energi di sektor ketenagalistrikan adalah langkah strategis yang akan berdampak positif pada pengurangan emisi di sektor lain, seperti transportasi dan industri. Fokus utama saat ini adalah mengembangkan energi terbarukan sebagai pilar utama dalam penyediaan energi di Indonesia.

Ketua ICEF, Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya memastikan bahwa transisi energi berlangsung adil, aman, dan memberikan manfaat bagi semua warga negara. Hal ini memerlukan perencanaan matang dan melibatkan berbagai kelompok masyarakat. Bagaimana tanggapan Anda soal Net Zero Emission?

Direktur Eksekutif IESR dan ICEF, Fabby Tumiwa, menyoroti tiga faktor kunci yang mendukung transisi energi yang sukses, yaitu kelayakan teknologi pengganti, integrasi jaringan listrik yang dapat direncanakan, dan manfaat ekonomi dari energi terbarukan yang semakin terjangkau. Teknologi baru mencakup integrasi energi terbarukan, solusi penyimpanan energi, interkoneksi jaringan listrik, dan fleksibilitas sistem tenaga listrik.

Dengan komitmen serius untuk transisi energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mencapai sasaran net zero emission pada tahun 2060 dan memberikan kontribusi positif terhadap upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

Related Post