Indonesia mencatat lonjakan impor kurma di Indonesia seiring persiapan menjelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri pada tahun 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa impor kurma dengan kode HS 08041000 mencapai 13,23 juta kg pada Januari 2023, meningkat 125,81% dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 5,85 juta kg.
Dalam hal nilai, impor kurma di Indonesia menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2023 juga meningkat sebesar 187,31%, sebesar US$22,5 juta, dibandingkan dengan Desember 2022 yang hanya sebesar US$7,83 juta.
BPS juga mengungkap bahwa pada 2022, Indonesia mengimpor total 61,35 juta kg kurma dari berbagai negara, dengan nilai sebesar US$86,25 juta. Tiga negara utama pengimpor kurma ke Indonesia tahun lalu adalah Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi.
Data yang dirilis BPS menunjukkan bahwa Mesir merupakan eksportir terbesar kurma ke Indonesia dari segi volume dan nilai, dengan total 25,14 juta kg senilai US$30,50 juta, diikuti oleh UEA dengan 12,48 juta kg senilai US$14,39 juta, dan Arab Saudi dengan 10,53 juta kg senilai US$11,67 juta.
Selain dari tiga negara utama, impor kurma di Indonesia juga datang dari Tunisia, Iran, Amerika Serikat (AS), Aljazair, Palestina, Libia, dan Namibia.
Gempa bumi di Turki, salah satu sumber impor kurma Indonesia, belum tercatat dalam data BPS. Menurut BPS, gempa terjadi pada Februari 2023, setelah data impor bulan Januari 2023 dirilis. Habibullah, wakil statistik produksi di BPS, mengatakan dampak potensial gempa pada impor kurma akan diketahui pada rilis data selanjutnya.
Lonjakan impor kurma di Indonesia dapat diatribusikan pada permintaan yang tinggi selama bulan suci Ramadan, di mana umat Muslim di seluruh dunia memulai berbuka dengan kurma. Diperkirakan permintaan kurma di Indonesia akan terus meningkat dalam beberapa bulan ke depan seiring persiapan menjelang Ramadan dan Idul Fitri.