Saham Boeing mengalami penurunan signifikan sepanjang 2024, mencatatkan penurunan hingga 32 persen dan menjadi perusahaan paling merugi dalam Indeks Dow Jones. Rentetan masalah mulai dari kecelakaan, penghentian produksi, hingga mogok kerja turut menjadi penyebab utama anjloknya performa saham produsen pesawat asal Amerika Serikat ini.
Pada awal tahun, saham Boeing dibuka di angka US$257,50 per lembar. Namun, insiden ledakan panel kabin Boeing 737 MAX milik Alaska Airlines pada 5 Januari memicu penyelidikan oleh Badan Penerbangan Federal AS (FAA).
FAA kemudian membatasi produksi armada 737 MAX menjadi hanya 38 unit per bulan. Kebijakan ini berimbas pada penurunan saham Boeing ke US$211 per lembar.
Di tengah pembatasan ini, Boeing menghadapi tantangan lain berupa gangguan rantai pasok, masalah kualitas produksi, hingga aksi mogok kerja lebih dari 33 ribu karyawan selama tujuh minggu.
Mogok kerja yang baru berakhir pada November 2024 ini menyebabkan proyek 737 MAX dan sejumlah pesawat komersial lainnya terganggu parah.
Kerugian Boeing tidak hanya berasal dari unit komersialnya. Laporan menunjukkan sektor militer dan antariksa perusahaan juga mencatat kerugian besar sepanjang tahun.
Pembelian perusahaan pemasok Spirit AeroSystems senilai US$4,7 miliar pada Juli 2024 juga belum memberikan dampak positif, mengingat Spirit menghadapi masalah kualitas produksi.
Krisis semakin dalam ketika Boeing mengalami dua kecelakaan pesawat di akhir Desember. Pesawat KLM Airlines tergelincir di Norwegia, sementara Boeing 737-800 milik Jeju Air meledak di Korea Selatan, menewaskan 179 orang.
Kendati CEO baru, Kelly Ortberg berupaya memulihkan keadaan dengan mengumumkan rencana PHK 10 persen pekerja dan kembali memulai produksi pada Desember, harga saham Boeing hanya mampu pulih hingga US$177 per lembar di penghujung 2024.
Demikian informasi seputar proyeksi kinerja saham Boeing. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Touristcompany.Org.