Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengatakan wacana bagi-bagi 680 ribu rice cooker gratis untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia seperti mendorong rakyat masuk jurang. Ia menuturkan hampir semua rumah tangga dengan daya listrik 450 VA tidak akan kuat menanggung rice cooker dengan daya 200 watt hingga 300 watt. Kalaupun dipaksakan penggunaannya, perlu ada pemakaian barang elektronik lain yang dikurangi.
Selain itu, masyarakat seolah didorong untuk menaikkan daya dari 450 VA menjadi 1.200 VA. Dengan begitu, kenaikan biaya penggunaan listrik bagi masyarakat miskin pun tak terhindarkan. “Ini kan namanya mendorong rakyat ke jurang, jadi beban ia untuk bayar listrik makin besar, makin tidak hemat,” ujar Faisal pada Jumat, 6 Januari.
Menurut Faisal Basri, ketimbang membagikan penanak nasi gratis, lebih baik pemerintah segera membatalkan proyek PLTU yang masih direncanakan untuk dibangun demi menekan over supply listrik PT PLN (persero). Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewacanakan bagi-bagi 680 ribu rice cooker gratis untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.
Faisal Basri Sebut Bagi-bagi Rice Cooker Gratis untuk Rakyat Tidak Tepat dan Bikin Boros?
Selain itu, wacana ini diklaim mendukung program Presiden Jokowi dalam pemanfaatan energi bersih yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Wacana bagi-bagi rice cooker mulanya dilemparkan oleh Sub-koordinator Fasilitasi Hubungan Komersial Usaha Ketenagalistrikan Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Edy Pratiknyo di DPR pada Jumat, 25 Januari.
Ia menyebut bantuan penanak nasi listrik (BPNL) tersebut akan disalurkan ke seluruh Indonesia melalui APBN Kementerian ESDM 2023. Dadan juga mengungkapkan Kementerian ESDM tengah mengalokasikan pendanaan program tersebut sebesar Rp340 miliar untuk paling sedikit 680 ribu rice cooker. Ia mengklaim dana alokasi dana tersebut saat ini sudah masuk dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Ditjen Ketenagalistrikan Tahun Anggaran (TA) 2023 sebagai Output Cadangan. Bagaimana tanggapan Anda soal pendapat ekonom senior, Faisal Basri?