Program Biodiesel 40% atau dikenal dengan BBM B40 tengah menjadi sorotan utama dalam upaya Indonesia menuju ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan hitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penerapan B40 diperkirakan akan dimulai pada pertengahan tahun 2025, setelah uji coba komprehensif dan proses persiapan yang matang.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa jadwal peluncuran BBM B40 masih berjalan sesuai rencana. Dalam penjelasannya di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Eniya menyatakan bahwa uji coba untuk sektor otomotif telah rampung, sementara uji coba untuk sektor non-otomotif masih berlangsung hingga Desember tahun ini.

“Saat ini, kami fokus pada uji coba sektor non-otomotif. Semua berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setelah uji coba ini dan diskusi terkait peningkatan kapasitas produksi, kami prediksi B40 bisa diterapkan paling cepat pada pertengahan 2025,” ujar Eniya.

Proses menuju implementasi B40 melibatkan beberapa tahapan penting, termasuk peningkatan kapasitas produksi biodiesel dan penyesuaian infrastruktur di titik-titik distribusi. Menurut Eniya, penting untuk memastikan kapasitas produksi dapat memenuhi kebutuhan domestik, yang akan meningkat dari 35% (B35) menjadi 40% (B40).

“Peningkatan kapasitas produksi menjadi fokus utama. Kami harus memastikan infrastruktur distribusi siap untuk menampung peningkatan dari B35 ke BBM B40. Ini memerlukan penyesuaian yang signifikan, dan jika semua berjalan lancar, kami harap B40 bisa mulai diterapkan pada pertengahan 2025,” tambah Eniya.

Selain tantangan teknis, penerapan B40 juga berdampak pada aspek ekonomi, terutama terkait dengan ekspor biodiesel. Peningkatan penggunaan biodiesel di dalam negeri akan mengurangi volume ekspor. Oleh karena itu, pemerintah bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan tim terkait tengah melakukan perhitungan dan penyesuaian untuk mengatasi potensi penurunan ekspor.

“Pengurangan ekspor biodiesel menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan. Kami sedang menghitung dampak dan mencari solusi penyesuaian yang tepat. Ini adalah bagian dari persiapan yang harus kami lakukan sebelum B40 bisa diterapkan,” ungkap Eniya.

Program BBM B40 merupakan langkah penting dalam strategi energi hijau Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya domestik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, Indonesia berupaya mencapai keberlanjutan dan ketahanan energi. Meski tantangan masih ada, komitmen untuk memajukan energi terbarukan tetap menjadi prioritas dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih hijau.

Demikian informasi seputar Program BBM B40 di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Touristcompany.Org.

Related Post